China menyensor setidaknya 560 nama panggilan atau ejekan yang disematkan kepada Presiden Xi Jinping di media sosial.

Beberapa ejekan nama yang diharamkan itu di antaranya Adolf Xitler dari Adolf Hitler, tokoh kartun beruang madu Winnie the Pooh, hingga CoronaXi.


Ratusan nama itu tertuang dalam data sensor pemerintah yang bocor.

Aplikasi media sosial China mirip Instagram, Xiaohongshu, mengidentifikasi ada sekitar 564 nama panggilan dan istilah sensitif terkait nama Xi selama dua bulan pada 2020.

Dokumen setebal 143 halaman itu juga menunjukkan bahwa aplikasi Xiaohongshu mengawasi ketat berbagai konten yang tersebar di platform tersebut hingga memantau informasi dan berita yang dapat memicu kritik dan perdebatan terhadap Xi.

Mereka juga menandai berita yang berpotensi mendapat sorotan hingga kritik dan mengidentifikasi kata kunci secara manual untuk diblokir. Hal itu dilakukan agar petugas sensor dapat menyaring konten "terlarang" lebih efektif.

"Saya belum pernah mendengar hal seperti itu ketika saya bekerja di Weibo pada 2011," jelas eks moderator konten, Eric Liu, kepada Vice yang dilansir Selasa (19/7).

Ia kemudian berujar, "Kami selama ini hanya menerima perintah dan menghapus hal-hal yang sesuai, alih-alih membuat prediksi berdasarkan topik sensitif."

Liu kini menjadi analis untuk situs berita China Digital Times yang berbasis di Amerika Serikat. Ia memperoleh dokumen tersebut dari grup Telegram.



Namun Vice tak bisa memverifikasi dokumen secara independen. Xiaohongshu juga tak segera menanggapi saat dimintai komentar.

Konten Xiaohongshu kebanyakan menampilkan soal gaya hidup dan traveling. Namun, moderator platform ini tetap harus memperhatikan berita termasuk bencana alam, insiden yang berkaitan dengan kesehatan, dan keselamatan publik, protes-pemogokan, skandal pemasaran, serta acara politik penting.

Dalam laporannya itu, Xiaohongshu mencatat rata-rata ada sekitar 30 peristiwa yang terkena sensor setiap harinya dan menerima instruksi khusus tentang cara menangani hal-hal tertentu.

Misalnya, dalam berita pelecehan seksual. Pihak berwenang diminta berhati-hati mengawasi pemberitaan setelah laporan pelecehan yang dialami 20 siswa laki-laki oleh seorang guru pria selama satu dekade tersebar ke publik.

Petugas sensor diminta memantau ketat aliran informasi dan forum diskusi di media sosial terkait kasus itu, terutama soal potensi penyebaran konsep homoseksual di media sosial.

Contoh kasus lain yakni saat protes terjadi di pusat perbelanjaan di Hong Kong. Pihak berwenang China meminta para pengawas konten memeriksa setiap latar video-video demonstrasi yang beredar jangan sampai graffiti atau slogan protes terhadap pemerintah China terlihat.